PROPOSAL
MODUL PEMBUATAN BAKSO DENGAN MIE APEL
Tugas
Untuk Memenuhi MataKuliah Difusi Inovasi
Yang
dibina Oleh Dr. Endang Sri Redjeki, M.S
Diusulkan
Oleh: 4
Achmad
mustopa S. : 120141400993
Imroatul
Janah :
120141400978
Ratna Dewi
Y. : 120141411467
Rayi Riski
F. : 120141400982
Rifadhil
Septian M. : 120141411451
Teni
Aryanti : 120141400979
Sandi
Permana :
209141422368
UNIVERSITAS
NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN
LUAR SEKOLAH
2013
A. JUDUL PROGRAM INOVASI
” Modul
Pembuatan Bakso Dengan Inovasi Mie Apel”
B. LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu daerah sentral
perkembangan pembangunan, kota Malang memiliki daya tarik tersendiri bagi
masyarakat Jawa Timur khususnya dan di
Indonesia umumnya. Sebagai refleksinya, banyak warga baru yang datang dan
menetap di kota Malang dengan macam – macam tujuan, misal belajar atau bekerja.
Hal ini mengindikasikan adanya tingkat kepadatan penduduk yang tinggi di kota
dingin ini. Karenanya, sama halnya dengan kota – kota sejenis, Malang juga
memiliki tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi. Tidak sulit membaca peluang
bisnis makanan di kota Malang, karena memang banyak elemen dan kondisi sosial
ekonomi masyarakat yang ada. Sebagai refleksinya, banyak pilihan makanan yang
dapat ditemukan di Malang, sebagai perwakilan dari setiap elemen dan kodisi
sosial ekonomi masyarakat.
Salah satu makanan yang terkenal di kota Malang adalah
bakso. Bakso Malang amat digemari bukan saja oleh masyarakat Malang, tetapi
masyarakat luar Malang pun juga. Bakso Malang
dinilai memilki rasa yang khas dan amat memanjakan lidah. Banyak sekali
bermunculan pedagang bakso di Kota Malang, mulai dari yang hanya sekedar bakso
dengan gerobak para kaki lima sampai bakso sebagai fast food yang disajikan di
dalam ruko megah. Semua pedagang bakso saling bersaing untuk memajukan bakso
mereka masing – masing. Sebagai catatan, dalam bisnis bakso saat ini diperlukan
sajian yang tidak standar sehingga dapat memancing rasa ingin tahu konsumen
untuk datang dan membeli bakso tersebut..Berbagai
perubahan mulai dilakukan para produsen,
mulai dari penganekaragaman produk, sampai strategi pemasaran. Tingginya
tingkat penjualan bakso di Kota Malang tak lepas dari potensi Sumber Daya
Alamnya yang memang amat cocok sebagai daerah peternakan.
Ciri khas kota Malang yang lain
adalah buah apelnya. Sebagai daerah dengan suhu udara yang relatif sejuk, amat
cocok bagi pertumbuhan tanaman buah salah satunya apel.Tingginya
tingkat produksi apel kota Malang menjadi peluang tersendiri bagi para
pengusaha. Selain merambah pasar lokal, apel Malang juga diterima di pasaran
nasional maupun internasional. Apel Malang dinilai memiliki rasa yang masih
asli dan bervariasi. Tingkat produksi yang tinggi, tak jarang malah menjadi
masalah, akhirnya banyak apel yang tidak diproses secara maksimal bahkan
dibuang percuma. Dibutuhkan terobosan – terobosan baru untuk menanggulangi hal
ini. Dewasa ini mulai dimunculkan ide
pembuatan keripik apel, selai apel, dan dodol apel sebagai varian yang
ditawarkan, dan dapat ditebak olahan apel Malang ini selalu laris manis di pasaran.
Tak
dapat dipungkiri lagi bahwa bakso dan apel merupakan ikon makanan khas kota
Malang, keduanya memiliki tingkat konsumsi yang tinggi, ditambah lagi potrensi
Sumber Daya Alam setempat yang menunjang untuk terus memproduksi keduanya.
Akhirnya muncul ide untuk menggabungkan kedua makanan tersebut menjadi satu
bentuk sajian makanan yang tidak meninggalkan hakikat keduanya. Gagasan bakso dengan mie apel, menjadikan buah apel sebagai pelengkap
bakso.apel yang dimaksud merupakan buah apel asli Malang yang diadaptasi
sedemikian rupa sehingga dapat terasa nikmat dikonsumsi menjadi mie sebagai pelengkap bakso.
Telah terbukti bahwa bakso dan apel dapat berkolaborasi
menjadi satu bentuk sajian kuliner baru.Secara sekilas bakso mie apel bagi sebagian orang merupakan satu sajian
yang aneh dan digambarkan memiliki rasa yang tidak enak.Namun diharapkan hal
ini menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat untuk mencoba. Berkaca dari
fakta penjualan bakso aneka rasa yang telah dilakukan di kota Malang yang
notabene diterima dengan baik, maka pengusul merasa optimis bahwa untuk
kedepannya bakso mie apel juga dapat diterima dan dapat menjadi ladang usaha
baru dengan prospek ekonomi cerah. Dari berbagai pertimbangan dan realita di
atas, kami selaku mahasiswa mencoba mengusulkan satu proposal program dengan judul “ Modul Pembuatan Bakso dengan mie Apel Sebagai Alternati Makanan Khas
Kota Malang”
C. MANFAAT (Kegunaan Progam)
1. Bagi Mahasiswa
a. Untuk meningkatkan mutu pendidikan
yang diperoleh guna mempersiapkan mahasiswa yang kreatif, inovatif, produktif,
dan berwawasan ilmiah.
b. Mendapat peluang untuk
mengaktualisasikan diri agar dapat berkembang menjadi manusia yang mandiri dan
berdaya saing sehingga perlu adanya lingkungan yang kondusif untuk melahirkan
karya yang inovatif dan kreatif.
c.
Sebagai wujud pengabdian masyarakat
dengan menciptakan alternatif makanan baru.
2. Bagi Masyarakat
Pemanfaatan apel sebagai isian bakso
diharapkan dapat menjadi alternative makanan masyarakat, dapat meningkatkan
nilai jual apel dan bakso, dapat dijadikan masyarakat sebagai bahan
pertimbangan untuk membuka usaha baru yang lebih inovatif dan kreatif serta
menciptakan lapangan kerja baru guna mencapai kesejahteraaan rakyat kota
Malang.
D. Spesifikasi
( Bahan dan Biaya)
Bahan
Habis Pakai
No
|
Bahan
|
Banyak
|
Harga
per satuan
|
Jumlah
|
1
|
Daging
|
20
kg
|
Rp.
50.000,00
|
Rp 1.000.000,00
|
2
|
Tepung Kanji
|
10
kg
|
Rp.
5.000,00
|
Rp. 50.000,00
|
3
|
Bumbu - Bumbu
|
-
|
-
|
Rp. 110.000,00
|
4
|
Telur Ayam
|
5
kg
|
Rp.
10.000,00
|
Rp. 50.000,00
|
5
|
Apel Malang
|
10
kg
|
Rp.
10.000,00
|
Rp 100.000,00
|
6
|
Jeruk Nipis
|
5
kg
|
Rp. 8.000,00
|
Rp 40.000,00
|
7
|
Minyak tanah
|
15
liter
|
Rp. 3.100,00
|
Rp. 50.000,00
|
8
|
Makanan
pendamping bakso
|
-
|
-
|
Rp 300.000,00
|
Total
|
Rp. 1. 700.000,00
|
Peralatan
Penunjang
No
|
Bahan
|
Banyak
|
Harga
per satuan
|
Jumlah
|
1
|
Kompor
joss
|
1
unit
|
Rp. 200.000,00
|
Rp. 200.000,00
|
2
|
Kompor
biasa
|
2
unit
|
Rp. 150.000,00
|
Rp. 300.000,00
|
3
|
Dandang
saji bakso
|
1
unit
|
-
|
Rp. 300.000,00
|
4
|
Sewa
Mesin penggiling
|
1
unit
|
Rp 500.000,00
|
Rp 500.000,00
|
5
|
Alat
masak
|
1
set
|
Rp. 100.000,00
|
Rp. 100.000,00
|
6
|
Alat
makan dan saji
|
1
set
|
Rp. 200.000,00
|
Rp. 200.000,00
|
Total
|
Rp. 1.600.000,00
|
Bahan
habis pakai Rp.1.700.000,00
Peralatan
penunjang Rp.
1.600.000,00
Total Biaya Rp 3.300.000,00
E. CARA PEMBUATAN
1. Bahan-bahan dan cara pembuatan mie apel
a. Tepung
Terigu
Tepung
terigu termasuk bahan dasar dalam pembuatan mie.Kandungan protein di dalam
tepung berpengaruh terhadap keuletan mie. Semakin tinggi kadar proteinnya maka
mie yang dihasilkan akan semakin ulet. Bila anda ingin membuat mie yang tidak
terlalu ulet maka anda akan memerlukan tepung terigu dengan kandungan protein
rendah.
b. Air
Untuk
membuat mie maka di perlukan air, air yang diperlukan sekitar 35 persen dari
jumlah bahan yang lain. Fungsi dari air adalah untuk membuat gluten pada mie.
Air juga berfungsi untuk melarutkan garam alkalin sebelum proses pencampuran
bahan dilakukan.
c. Garam
Cara
membuat mie tentu memerlukan garam karena garam akan memberi rasa pada mie.
Garam juga berfungsi untuk meningkatkan kekerasan dan keuletan dari mie itu
sendiri. Sifat dari garam adalah memperlambat proses penguapan air di dalam
mie. Pada pembuatan mie kering garam di berikan untuk membuat mie kering lebih
kuat dan tidak mudah gampang patah. Garam juga akan menurunkan lamanya waktu
pemasakan mie itu sendiri.
d. Garam
alkali
Cara
membuat mie juga perlu garam alkali. Garam alkali diperlukan dalam pembuatan
mie karena garam alkali akan menguatkan adonan mie. Garam alkali sering juga
disebut dengan soda ash atau kansui atau air ki. Garam alkali sebenarnya juga
sebagai pengawet namun demikian kita hanya membutuhkan kadar ph sekitar 10
untuk menghasilkan mie yang baik.
e. Telur
Cara
membuat mie di perlukan telur karena telur akan memberi warna pada mie dan
menambah kandungan nutrisi. Telur juga akanmenurunkan usia simpan dari mie itu
sendiri.
f. Pewarna
Bagaimanapun
pewarna tetap di perlukan dalam pembuatan mie.Hal ini diperlukan untuk memberi
konsistensi warna pada mie yang kita buat.
g. Gum
Gum
berfungsi untuk mengurangi penyerapan air oleh mie dan juga berfungsi untuk
memperbaiki kelembutan dari mie tersebut.
h. Apel
Dalam
pembuatan mie disini, kita bisa menggunakan air sari apel, dan juga apel yang
sudah di blender.Agar mie yang dibuat ada rasa apelnya.
2. Cara pembuatannya
a. Siapkan
tepung, air, garam, garam alkali, pewarna, telur, gum, dan apel.
b. Siapkan
buahapel terlebih dahulu kemudian di blender sampai halus.
c. Kemudian
saring apel yang sudah diblender tersebut.
d.
Campurkan tepung yang sudah disiapkan dengan sari apel.
e. Tambahkan
air secukupnya, masukkan garam dan garam alkali, pewarna, telur, dan gum.
f. Aduk
hingga semua bahan tercampur.
g. Setelah
adonan kalis baru di cetak dengan menggunakan cetakan mie.
h. Mie
yang sudah jadi direbus sebentar saja kemudian di angkat dan di masukan dalam
air es
i. Mie
dikeringkan dan dan siap untuk di buat menjadi mie apel dalam bakso.
3. Bahan-bahan
membuat pentol bakso
- 1 kg daging sapi giling
- 1 ons tepung kanji
- 6 siung bawang putih
- 1 senduk makan garam
- 1/2 sendok teh merica bubuk
- penyedap rasa secukupnya
Jika
bahannya sudah siap, sekarang langsung ke cara pembuatannya.
Cara
membuatnya:
- Haluskan bawang putih, silahkan tumbuk atau blender.
- Campur bawang putih yang sudah dihaluskan ke dalam adonan daging sapi giling, merica, garam, penyedap rasa, sekaligus tepung kanji.
- Aduk dan uleni adonan tersebut hingga merata kurang lebih 10 menit
- Setelah adonan tercampur rata selanjutnya bentuklah menjadi bulatan-bulatan dengan menggunakan tangan sesuai dengan ukuran yang anda inginkan, usahakan agar ukurannya tidak terllau besar supaya bisa matang secara lebih merata dan cepat. Nah disini saya yakin anda bisa untuk membuat bulatan bakso.
- Masukkan bulatan bakso yang anda buat ke dalam air panas, kemudian rebuslah ke dalam air yang mendidih hingga matang. Tanda bakso yang telah matang adalah mengapung di permukaan air yang mendidih. Proses perebusan biasanya memakan waktu 10-15 menit.
- Angkat bakso yang telah matang dan tiriskan dalam suhu ruangan.
4. Membuat kuah bakso
Bahan
yang diperlukan :
·
1
buah tulang sapi, ukuran sedang,potong 3 bagian
·
12
siung bawang putih, dimemarkan dulu
·
4
buah kaldu ayam dadu
·
2
sendok teh merica
·
1
sendok makan garam
·
3
liter Air untuk perebus
Cara
membuat Kuah Bakso :
1. Pertama didihkan 3 liter air di atas
api sedang.
2. Kemudian masukkan tulang sapi dan
didihkan sebentar lalu kecilkan apinya
3. Lalu masukkan bawang putih, masaklah
terus dengan api kecil sampai kuah mendidih selama 1 jam dan kuah menyusut 1/3
bagian
4. Selanjutnya masukkan kaldu ayam,
merica dan garam. biarkan diatas api kecil sampai mendidih beberapa saat,
matikan api.
5. Keluarkan sumsum dalam tulang sapi
sampai bersih. biarkan mengambang dikuah.
6. Kaldu siap dipakai untuk kuah bakso.
cicipi, jika kurang asin tambahkan.
E. CARA KERJA (Gambaran Umum Rencana Usaha)
1. Kondisi umum lingkdidalamungan yang menimbulkan
gagasan menciptakan kegiatan usaha:
·
Kota Malang memilki sumber daya
apel dan bahan dasar pembuatan bakso yang baik.
·
Masyarakat Kota Malang memiliki
tingkat konsumsi makanan yang tinggi.
·
Belum ada alternatif makanan yang
menggabungkan buah apel dan bakso sebagai satu sajian makanan.
2. Gambaran potensi sumber daya, peluang pasar dan
analisis ekonomi usaha yang direncanakan untuk kelayakan usaha.
a. Gambaran
Potensi Sumber Daya
Kota Malang merupakan lahan subur di
bidang perkebunan dan peternakan. Kota Malang telah terkenal dalam produksi
buah, salah satunya apel. Di sisi lain produksi daging di kota Malang juga
tinggi, sehingga dengan kata lain Kota Malang memiliki tingkat produksi buah
apel dan bahan pembuatan bakso yang baik.
Besarnya jumlah sumber daya apel Malang
seringkali menurunkan nilai ekonomisnya. Sedangkan bakso yang notabene
merupakan makanan khas kota Malang, dapat dengan mudah ditemukan di kota ini.
Di sana – sini banyak ditemui penjual bakso, namun tak banyak yang memberikan
alternatif produk bakso kepada masyarakat sehingga masyarakat menjadi bosan.
b. Peluang Pasar
Dan Analisis Ekonomi
·
Peluang pasar
Usaha makanan ini
memiliki peluang pasar yang baik, mengingat sangat mudah untuk mendapatkan
bahan baku kemudian ditinjau dari keberadaannya sebagai sebuah inovasi, tingkat
persaingan usaha makanan ini relatif sedikit dan memiliki daya tarik
tersendiri, ditambah lagi tingkat konsumsi makanan masyarakat setempat yang
tinggi termasuk minat masyarakat untuk mencoba alternatif makanan yang ada.
·
Analisis ekonomi
1. Modal yang dikeluarkan
§ Pembelian bahan baku Rp.
1.400.000,00
Total Biaya Rp. 1.400.000,00
Maka harga pokoknya = 1.400.000,00/
400 porsi
= Rp
3.500,00
Keterangan:
Modal yang dimaksud adalah modal pembelian bahan dasar
pembuatan. Harga pokok ditentukan dengan membagi total biaya dengan banyak
porsi yang dihasilkan yatu sejumlah 400 porsi.
2. Kas masuk
Bakso apel
dijual dengan berbagai macam variasi produk. Misal dijual dengan harga jual Rp. 5.000,00, maka
Harga jual 400 porsi @ Rp 5000,00 =
Rp. 2000.000,00
Keterangan:
Setelah mengetahui harga pokok,
ditentukan perencanaan harga pasar yang nantinya akan menjadi kas masuk.
3. Perhitungan laba keseluruhan
§ Harga jual 400 porsi @ Rp 5000,00 = Rp.2.000.000,00
§ Harga pokok 400 porsi @ Rp.3500,00 = Rp.1.400.000,00
Laba yang didapat = (Rp. 2.000.000- Rp. 1.360.000)
=
Rp. 600.000,00
Keterangan:
Telah diperoleh perhitungan harga
pokok dan harga jual 400 porsi bakso apel, maka dapat dilakukan perhitungan
laba keseluruhan yang didapat.
4.Perhitungan Laba per porsi.
Laba per porsi = harga jual – harga
pokok
=
Rp. 5000 – Rp. 3500 = Rp. 1500,00.
Keterangan:
Berdasarkan data perhitungan harga
pokok dan harga jual per porsi, maka laba per porsi dapat diperoleh dengan
mengurangkan harga pokok per porsi dengan harga jual per porsi.
F. LAMPIRAN
I
Daftar Riwayat Hidup Anggota Kelompok
1. Ketua Kelompok
1)
Nama
lengkap :
Achmad Mustopa S.
2)
NIM :
120141400993
3)
Tempat dan Tanggal lahir : Bojonegoro, 1 Juni 1994
4)
Jenis Kelamin : Laki – Laki
5) Alamat Asal :
Bojonegoro, Jl. Tambangan
Tulungrejo
6)
Alamat
di Malang : Sumbersari
no.234 lowokwaru
Malang.
7)
Fakultas/Jurusan/Universitas :
FIP/PLS/UM
8)
Pengalaman
Organisasi :
1.
Ketua
OSIS MA N 1 Bojonegoro (2010 – 2011)
2.
Pengurus
HMJ PLS UM. (2012)
Anggota 1
1)Nama
lengkap :
Imroatul Jannah
2) NIM :
120141400978
3) Tempat dan Tanggal lahir : Banyuwangi, 10
September
1994
4) Jenis Kelamin : Perempuan
5) Alamat Asal :
Ds.Bomo,Rogojampi
Banyuwangi
6) Alamat di Malang :
Jl. Terursan Surabaya, Malang.
7) Fakultas/Jurusan/Universitas :
FIP/PLS/UM
8) Pengalaman Organisasi : 1. Anggota
Imadiklus UM
Aggota
2
1)
Nama
lengkap :
Ratna Dewi Y.
2)
NIM : 120141411467
3)
Tempat dan Tanggal lahir : Blitar, 6 Juli 1994
4)
Jenis Kelamin : Perempuan
5)
Alamat
Asal : Ds.Slorok, Kec Garum Kab.
Blitar
6)
Alamat
di Malang : Jl. Soekarno Hatta, Malang.
7)
Fakultas/Jurusan/Universitas :
FIP/PLS/UM
Anggota
3
1)
Nama
lengkap : Rayi Rizki F
2)
NIM : 120141400982
3)
Tempat dan Tanggal lahir : Bandung, 19 Mei 1994
4)
Jenis Kelamin : Laki-Laki
5)
Alamat
Asal : Jl. Jeruk 100 Bandung
6)
Alamat
di Malang : Jl. surabaya 10 Malang.
7)
Fakultas/Jurusan/Universitas :
FIP/PLS/UM
Anggota
4
1)
Nama
lengkap : Rifadhil septian M.
2)
NIM : 120141411451
3)
Tempat dan Tanggal lahir : Pasuruan, 29 September 1994
4)
Jenis Kelamin : Laki-Laki
5)
Alamat
Asal : Jl. Gajahyana 15 Pasuruan
6)
Alamat
di Malang : Jl. Morjosari 8 Malang.
7)
Fakultas/Jurusan/Universitas :
FIP/PLS/UM
Anggota
5
1)
Nama
lengkap : Teni Aryanti
2)
NIM : 120141400979
3)
Tempat dan Tanggal lahir : Bandung, 6 November 1994
4)
Jenis Kelamin : Perempuan
5)
Alamat
Asal : Soreang Bandung
6)
Alamat
di Malang : Asrama Putri UM malang.
7)
Fakultas/Jurusan/Universitas :
FIP/PLS/UM
Anggota
6
1)
Nama
lengkap :
Sandi Permana
2)
NIM : 209141422368
3)
Tempat dan Tanggal lahir : Nangka Lokak 07
November
1989
4)
Jenis Kelamin : Laki-laki
5)
Alamat
Asal :
Ds.Bentek Kecamatan Gangga
Kab.Lombok Utara NTB
6)
Alamat
di Malang : Jl. Raya Candi II
7)
Fakultas/Jurusan/Universitas :
FIP/PLS/UM
Difusi Inovasi – Just Theory
Apakah Difusi Inovasi itu?
Inovasi
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide,
praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang
individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan
inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan
instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab
akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang
sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
Difusi
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.
Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebaai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem.
Unsur-Unsur Difusi Inovasi
Proses difusi inovasi melibatkan empat unsur utama, meliputi
1) inovasi; 2) saluran komunikasi; 3) kurun waktu tertentu; dan 4) sistem
sosial.
Komunikasi dan Salurannya
Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan
berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman bersama.
Seperti telah diunkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat dipandang sebagai suatu
tipe komunikasi khusus dimana informasi yang dipertukarkannya adalah ide baru
(inovasi). Dengan demikian, esensi dari proses difusi adalah pertukaran
informasi dimana seorang individu mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang
atau beberapa orang lain. Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses
komunikasi ini, meliputi: 1) inovasi itu sendiri; 2) seorang individu atau satu
unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan atau pengalaman dalam menggunakan
inovasi; 3) orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan
dan pengalaman dalam menggunakan inovasi; dan 4) saluran komunikasi yang
menghubungkan dua unit tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam
proses difusi adalah upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang
atau unit tertentu yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam
menggunakan inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang
belum memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential
adopter) melalui saluran komunikasi tertentu.
Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.
Sementara itu, saluran komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu: 1) saluran media massa (mass media channel); dan 2) saluran antarpribadi (interpersonal channel). Media massa dapat berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. Sedangkan saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi tatap muka antara dua atau lebih individu.
Waktu
Waktu merupakan salah satu unsur penting dalam proses
difusi. Dimensi waktu, dalam proses difusi, berpengaruh dalam hal: 1) proses
keputusan inovasi, yaitu tahapan proses sejak seseorang menerima informasi
pertama sampai ia menerima atau menolak inovasi; 2) keinovativan individu atau
unit adopsi lain, yaitu kategori relatif tipe adopter (adopter awal atau
akhir); dan 3) rata-rata adopsi dalam suatu sistem, yaitu seberapa banyak
jumlah anggota suatu sistem mengadopsi suatu inovasi dalam periode waktu
tertentu.
Sistem Sosial
Sangat penting untuk diingat bahwa proses difusi terjadi
dalam suatu sistem sosial. Sistem sosial adalah satu set unit yang saling
berhubungan yang tergabung dalam suatu upaya pemecahan masalah bersama untuk
mencapai suatu tujuan. Anggota dari suatu sistem sosial dapat berupa individu,
kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Proses difusi dalam kaitannya
dengan sistem sosial ini dipengaruhi oleh struktur sosial, norma sosial, peran
pemimpin dan agen perubahan, tipe keputusan inovasi dan konsekuensi inovasi.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adopsi Inovasi
Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa tujuan utama
proses difusi adalah agar diadopsinya suatu inovasi. Namun demikian, seperti
terlihat dalam model proses keputusan inovasi, ada beberapa faktor yang
mempengaruhi proses keputusan inovasi tersebut. Beriku ini adalah penjelasan
dari beberapa faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi.
Karakteristik Inovasi
Rogers (1983) mengemukakan lima karakteristik inovasi
meliputi: 1) keunggulan relatif (relative advantage), 2) kompatibilitas
(compatibility), 3) kerumitan (complexity), 4) kemampuan diuji cobakan
(trialability) dan 5) kemampuan diamati (observability).
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
Keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih baik/unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Hal ini dapat diukur dari beberapa segi, seperti segi eknomi, prestise social, kenyamanan, kepuasan dan lain-lain. Semakin besar keunggulan relatif dirasakan oleh pengadopsi, semakin cepat inovasi tersebut dapat diadopsi.
Kompatibilitas adalah derajat dimana inovasi tersebut dianggap konsisten dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa lalu dan kebutuhan pengadopsi. Sebagai contoh, jika suatu inovasi atau ide baru tertentu tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku, maka inovasi itu tidak dapat diadopsi dengan mudah sebagaimana halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).
Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.
Kemampuan untuk diuji cobakan adalah derajat dimana suatu inovasi dapat diuji-coba batas tertentu. Suatu inovasi yang dapat di uji-cobakan dalam seting sesungguhnya umumnya akan lebih cepat diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu inovasi sebaiknya harus mampu menunjukan (mendemonstrasikan) keunggulannya.
Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat hasil dari suatu inovasi, semakin besar kemungkinan orang atau sekelompok orang tersebut mengadopsi. Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif; kesesuaian (compatibility); kemampuan untuk diuji cobakan dan kemampuan untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.
Saluran Komunikasi
Tujuan komunikasi adalah tercapainya suatu pemahaman bersama
(mutual understanding) antara dua atau lebih partisipan komunikasi terhadap
suatu pesan (dalam hal ini adalah ide baru) melalui saluran komunikasi
tertentu. Dengan demikian diadopsinya suatu ide baru (inovasi) dipengaruhi
oleh: 1) partisipan komunikasi dan 2) saluran komunikasi.
Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.
Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi; 2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap penetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
Dari sisi partisipan komunikasi, Rogers mengungkapkan bahwa derajat kesamaan atribut (seperti kepercayaan, pendidikan, status sosial, dan lain-lain) antara individu yang berinteraksi (partisipan) berpengaruh terhadap proses difusi. Semakin besar derajat kesamaan atribut partisipan komunikasi (homophily), semakin efektif komuniksi terjadi. Beitu pula sebaliknya. Semakin besar derajat perbedaan atribut partisipan (heterophily), semakin tidak efektif komunikasi terjadi. Oleh karenanya, dalam proses difusi inovasi, penting sekali untuk memahami betul karakteristik adopter potensialnya untuk memperkecil “heterophily”.
Sementara itu, saluran komunikasi juga perlu diperhatikan. Dalam tahap-tahap tertentu dari proses pengambilan keputusan inovasi, suatu jenis saluran komunikasi tertentu memainkan peranan lebih penting dibandingkan dengan jenis saluran komunikasi lain. Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukan beberapa prinsip sebagai berikut: 1) saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap persuasi; 2) saluran kosmopolit lebih penting pada tahap penetahuan dan saluran lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.3) saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter); dan 4) saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan denan saluran local bagi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter akhir (late adopter).
Karakteristik Sistem Sosial
Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).
Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.
Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentan) diikuti oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
Agen perubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik strukstur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
Difusi inovasi terjadi dalam suatu sistem sosial. Dalam suatu sistem sosial terdapat struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu. Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan adanya empat faktor yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut adalah: 1) struktur sosial (social structure); 2) norma sistem (system norms); 3) pemimpin opini (opinion leaders); dan 4) agen perubah (change agent).
Struktur social adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu. Struktur ini memberikan suatu keteraturan dan stabilitas prilaku setiap individu (unit) dalam suatu sistem sosial tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti terlihat pada struktur oranisasi suatu perusahaan atau struktur sosial masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem. Katz (1961) seperti dikutip oleh Rogers menyatakan bahwa sangatlah bodoh mendifusikan suatu inovasi tanpa mengetahui struktur sosial dari adopter potensialnya, sama halnya dengan meneliti sirkulasi darah tanpa mempunyai pengetahuan yang cukup tentang struktur pembuluh nadi dan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Rogers dan Kincaid (1981) di Korea menunjukan bahwa adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik individu itu sendiri dan juga sistem social dimana individu tersebut berada.
Norma adalah suatu pola prilaku yang dapat diterima oleh semua anggota sistem social yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua anggota sistem social. Sistem norma juga dapat menjadi faktor penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi denan nilai atau kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat ketidak sesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem social berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.
“Opinion Leaders” dapat dikatakan sebagai orang-orang berpengaruh, yaitu orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain secara informal dalam suatu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya, menjadi penentang. Ia (mereka) berperan sebagai model dimana prilakunya (baik mendukung atau menentan) diikuti oleh para penikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh (opinion leaders) memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.
Agen perubah, adalah bentuk lain dari orang berpengaruh. Mereka sama-sama orang yang mampu mempengaruhi sikap orang lain untuk menerima suatu inovasi. Tapi, agen perubah lebih bersifat formal yang ditugaskan oleh suatu agen tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Agen perubah adalah orang-orang professional yang telah mendapatkan pendidikan dan pelatihan tertentu untuk mempengaruhi kliennya. Dengan demikian, kemampuan dan keterampilan agen perubah berperan besar terhadap diterima atau ditolaknya inovasi tertentu. Sebagai contoh, lemahnya pengetahuan tentang karakteristik strukstur sosial, norma dan orang kunci dalam suatu sistem social (misal: suatu institusi pendidikan), memungkinkan ditolaknya suatu inovasi walaupun secara ilmiah inovasi tersebut terbukti lebih unggul dibandingkan dengan apa yang sedang berjalan saat itu.
Referensi:
Rogers, Everett, M., “Diffussion of Innovation”, (Canada: The Free Press of Macmillan Publishing Co., 1983)
Plomp, Tjeerd & Donald P. Ely, “International Encyclopedia of Educational Technology”, (Cam-bridge, UK: Elsevier Science Ltd., 1996)
Rogers, Everett, M., “Diffussion of Innovation”, (Canada: The Free Press of Macmillan Publishing Co., 1983)
Plomp, Tjeerd & Donald P. Ely, “International Encyclopedia of Educational Technology”, (Cam-bridge, UK: Elsevier Science Ltd., 1996)
http://www.teknologipendidikan.net/category/research-and-evaluation
Tidak ada komentar:
Posting Komentar